Kamis, 09 Juni 2011

TATA NAMA ILMIAH DAN KUNCI DETERMINASI


MAKALAH
TATA NAMA ILMIAH DAN KUNCI DETERMINASI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MataKuliah Botani Tingkat Tinggi
 Yang Dibimbing Oleh Bapak Ir. Agus Haryono

logo




Disusunoleh:
SADAM HUSIN        NPM : 09. 601030. 035



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI BORNEO TARAKAN
2011



KATA PENGANTAR
           
            Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas taufiq dan hidayah-NYA, saya dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “TATA NAMA ILMIAH DAN KUNCI DETERMINASI”
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah atau tulisan ini jauh dari kesempurnaan.Olehnya itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan dalam penulisan selanjutnya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Agus Haryono  selaku Dosen mata kuliah Botani TingkatTtinggi yang telah membina dalam penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada rekan–rekan biologi yang telah memberikan dukungan baik gagasan dan ide dalam menyelesaikan makalah ini .
            Akhirnya, saya berharap semoga  makalah ini dapat berguna sebagai acuan dalam bentuk pembelajaran, perencanaan dan pengelolaan mata kuliah Biologi Laut secara terpadu dan hasilnya dapat bermanfaat bagi mahasiswa/mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan prodi biologi .





Tarakan, Mei2011

Penyusun


DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................       i
Kata Pengantar........................................................................................       ii
Daftar Isi..................................................................................................       iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................       1
B.     Rumusan Masalah........................................................................       1
C.     Tujuan..........................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN
A.    NOMENCLATURE (Tata Nama Ilmiah)...................................       2
B.     Kunci Determinasi.......................................................................       7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................       11
B.     Saran............................................................................................       11
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik.Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam.Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Salah satu sapek yang diperlukan dalam mempelajari botani adalah pengetahuan tentang nama botani (ilmiah/latin) jenis-jenis tumbuhan. Sebab seseorang yang bekerja dengan suatu jenis tumbuhan harus yakin bahwa materi yang ditanganinya benar-benar sesuai dengan nama manurut standar taksonomi tumbuhan. Sekali ia mempublikasikan hasil pekerjaannya dan menyebarluasakannya, seluruh dunia akan siap menyerap informasi tentang jenis tumbuhan yang dipublikasikan tersebut dengan berpegang kepada nama botani yang dikenakan. Nama ilmiah suatu tumbuhan merupakan sebuah kunci mukjizat untuk membuka khazanah yang berisi semua pengetahuan tentang jenis tumbuhan tersebuDalam makalah ini sayaakan membahas secara lebih mengkhusus pada tata nama makhluk hidup (Binomial nomenklatur) dan kunci deteminasi.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini diantaranya :
1.      Apa itu sistem tata nama ilmiah (Nomenklatur) ?
2.      Apa itu kunci determinasi ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem tata nama ilmiah.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kunci determinasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    NOMENCLATURE (Tata Nama Ilmiah)
Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata Nomenclature yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan berarti menyebut nama dan memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai takson (tingkatan). Nama untuk makhluk hidup sebetulnya telah diberi semenjak dahulu kala. Nama yang diberikan itu adalah nama dalam bahasa induk orang yang memberi nama, dengan demikian nama yang diberikan untuk satu jenis organisme berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.
Setiap jenis tumbuhan memilki nama local didaerah asal atau didaerah tempat tumbuhan tersebut ditanam. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi keragaman tersbut. Pemberian nama kepada suatu jenis tumbuhan harus memenuhi tata cara yang ada. Tata cara ini diatur dalam International Code of Btanical Nomenclature (ICBN). ICBN merupakan hasil keputusan-keputusan yang diambil dalam kongres internasional yang dilangsungkan secara periodic.Kongres I berlangsung diparis pada tahun 1867.Gagasan ini diprakarsai oleh ahli sistematik Alphonse de Candolle.
Yang perlu diketahui dalam tata cara pemberian nama ini adalah kesepakatan bahwa nama suatu jenis (spesies) tumbuhan hendaknya ditulis dalam bahasa Latin, atau bahasa lain yang telah dilatinkan. Aspek lain yang perlu dikemukakan ialah bahwa setiap nama jenis tumbuhan terdiri atas dua kata. Sistem ini disebut Binomial. Yang dikemukakan pertama kali oleh Carolus Linneaus (nama aslinya Carl Non linne). Sebelum dikemukakan sistem binomial, orang memberikan nama pada jenis tumbuhan dengan menggunakan lebih dari dua kata. Sebagai contoh, suatu jenis tumbuhan pernah dikenal dengan namaLychnis alpine linifolia multiflora, artinya si Lychnis yang tumbuh dikawasan pegunungan, berakar banyak, berdaun halus menyerupai rami, dan berbunga banyak (Naiola, 1986).
Beberapa contoh nama sistem binomial: mangga (Mangifera indica), papaya (Carica papaya), jagung (Zea mays). Kata Mangifera menunjukan nama marga (genus), sedangkan kata kedua indica menerangkan julukan jenis (specific ephitet). Demikian pula Carica, Zea menunjukan marga, dan papaya, mays menunjukan julukan jenis.Kata yang menerangkan marga ini dimulai dengan huruf capital, dan julukan jenisnya diawali dengan huruf kecil, serta penulisannya harus miring atau diberikan garis bawah.Pemberian garis bawah harus terpisah antara nama yang menunjukan marga dan nama yang menunjukan spesies.
Adakalanya ditemui julukan jenis yang terdiri atas dua kata.Bila ini terjadi, maka diantara dua kata tersebut diberi garis penghubung. Contoh, jagung jail diberi namaCoix lacryma-jobi, Echinochloa crus-galli, Passiflora van-voxemii. Julukan jenis (misalnya indica, papaya, mays) dapat diambil dari sumber apa saja dan disusun tanpa terikat pada suatu kaidah. Ada yang menerangkan warna bagian/organ tertentu jenis tersebut (putih=alba, merah=ruba, ungu=purpureum), ada yang diberikan untuk mengabadikan nama seorang tokoh. Beberapa contoh penamaan dengan menggunakan nama tokoh-tokoh tertentu, Gossampinus valetonnii, Metroxylon rumphii, Alphonsea teijsmannii, Casuarina junghuhniana, dan Cymbidium hartinahianum. Valeton adalah seorang botanis yang pernah menjabat sebagai kepala Kebun Raya Bogortahun 1930-an; Rumphius adalah seorang serdadu Belanda (Kompeni) pada abad XVI, tetapi karena begitu tertariknya kepada dunia otani, ia menjadi botanis dan terkenal melalui karya-karyanya teutama flora-flora Maluku; Teijsmann, seorang Kurator Kebun Raya (1832-1856); Junghuhn terkenal sebagai orang yang pertama kali membawa tanaman kina ke Indonesia dari Amerika Selatan; dan Hartinah adalah nama Ibu Negara (Ny. Tien Soeharto). Namanya diabadikan pada sejenis anggrek liar mungil (Cymbidium hartinahianum) yang ditemukan oleh botanis Indonesia drs. Rusydi E. Nasution, M.Sc. bersama J.B. Comber di kawasan Sumatera Utara.
Selain tokoh, sering pula dijumpai nama julukan spesies yang menunjukan tempat asal/penyebaran atau tempat untuk pertama kali jenis tersebut ditemukan secara botanis. Misalnya Casuarina sumatrana (pertamakali diteukan secara botanis di Sumatera), Musa lolodensis (sejenis pisang liar di Halmahera; loloda merupakan salah satu nama desa), Aleurites moluccana (Maluku), Casuarina papuana (Irian), Annona senegalensis (senegal), dan sebagainya. Tidak jarang pula nama local jenis dipakai sebagai nama julukan jenis. Misalnya sagu, Metroxylon sagu; burahol, Stelecocarpus burahol; rukem, Flacourtia rukem.Nama sagu, burahol, rukem merupakan istilah lokaldaerah di Indonesia yang sudah lama dipakai sehari-hari.
Pada beberapa nama binomial suatu jenis tumbuhan, terdapat satu atau beberapa singkatan nama. Misalnya, Oryza sativa L, Pangium edule Reinw, Annona senegalensis Pers., Salacca magnifica Mogea, Ananas comosus Merr., Artocarpus heterophyllus Lam., Durio zibethinus Murr., Bouea macrophylla Griff. Singkatan-singkatan ini menerangkan nama dari para pengarang/penyandra yang memberikan yang memberikan nama botani kepada jenis-jenis tersebut. L, adalah singkatan dari Linneaus, Reinw.dari Reinwardt, J.B. Comb. dari J.B. Comber, R.E. Nas. dari R.E. Nasution, Pers. dari Persoon, Mogea dari Johanis Palar Mogea, Merr dari Merril, Lam. Dari Lamarck, Murr. Dari Murray, Griff. Dari Griffith.
Adakalanya dijumpai pula lebih dari satu singkatan seperti Colocasia esculenta (L) Schott, Lagenaria siceraria (Molina) Standl.,Stelecocarpus burahol (Bl.) Hook.f. & Thoms. Singkatan didalam kurung menerangkan nama pengarang sebelumnya. L, Linneaus; Bl., Blume; Molina. Perkembangan ilmu sistematik botani menyebabkan adanya perbaikan dalam kedudukan jenis tersebut, sehingga mengalami perbaikan atau perubahan nama. Nama orang (-orang) yang melakukan revisi ini diletakan dibelakang kurung, misalnyaSchott, Standl. (Standley), Hook f. Hooker Filius.
Kadang kala dijumpai pula suatu nama tambahan dibelakang nama jenis. Ini dapat berupa subspecies (subsp.)—anak jenis, ariettas (var.) atau forma (f.). ini merupakan kelompok-kelompok dibawah jenis (spesies). Sebagai contoh Beta vulgaris L. subsp. Vulgaris, Citrus aurantium L. var. sinensis L. dan Oryza sativa L. forma glutinosa.
Ketentuan lain yang perlu dikemukakan adalah adanya consensus bahwa nama marg (genus)dan jenis yang diketik atau ditulis tangan diberi garis bawah tetapi tidak termasuk nama (--nama) pengarangnya. Bila dicetak dalam terbitan, maka nama-nama marga dan jenis, dicetak dengan huruf-huruf yang lain dari benmtuk umum yang dipakai dalam penerbitan tersebut, misalnya cetak miring bila huruf umumnya dicetak tegak.
Ketentuan dalam pemberian nama-nama takson adalah menurut tingkatnya (kategori).

1.      Nama jenis (spesies) Baik tumbuhan atau hewan nama ilmiah takson pada tingkat (kategori) yang paling rendah, jenis harus bersifat ganda (terdiri atas 2 kata), berbentuk tunggal dan dalam bahasa latin atau bahasa lain yang sudah dilatinkan. Kata pertama merupakan nama genus (marga) dan kata kedua sebutan jenis (epitheton specificum).
Contoh :
Ø  Oryza sativa (oryza = genus ; sativa = sebutan jenis)
Ø  Manis javanica (manis = genus ; javanica = sebutan jenis).
Huruf pertama nama genus harus dengan huruf besar, sedangkan huruf yang lainnya termasuk sebutan jenis semua ditulis dengan huruf kecil. Sebutan jenis tidak boleh terdiri atas kata yang merupakan ulangan yang sama (kata pertama) atau hampir sama dengan marga ini untuk tumbuhan, tetapi nama hewan masih dibenarkan, seperti nama ilmiah untuk ayam adalah Gallus gallus. Penulisan nama jenis harus di garis bawahi atau dicetak dengan huruf miring.

2.      Nama marga (genus). Bagi tumbuhan atau hewan, nama marga terdiri atas satu kata benda berbentuk tunggal. Huruf pertama ditulis dengan huruf besar dan huruf yang berikutnya dengan huruf kecil, dan seluruh huruf dalam kata itu dicetak miring atau di garis bawahi.
Contoh :
Ø  Oryza atau Oryza
Ø  Manis atau Manis
3.      Nama suku (familia). Nama suku merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda yang berbentuk jamak. Biasanya diambil dari nama marga (salah satu marga yang termasuk dalam suku tersebut dan dipilih sebagai tipe). Untuk tumbuhan akhiran katanya ditambah -aceae, sedangkan untuk hewan ditambah akhiran idea, dan tidak dicetak miring ataupun di garis bawahi.
Contoh :
Ø  Amaranthaceae (tumbuhan)
Ø  Angilostomidae (hewan)
Ada nama beberapa takson tingkat suku tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan ini, karena sudah semenjak dahulu digunakan,
seperti :- Graminae, nama lain dari Poaceae
- Compositae, nama lain dari Asteraceae.

4.      Nama bangsa (Ordo). Nama bangsa merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari satu ciri khas yang dimiliki seluruh warga bangsa yang bersangkutan. Misalnya Contortae (bunga dengan kuncup terpilin), Tricocae (buah mempunyai ruang 3), Umbelliferae (bunga tersusun seperti payung). Nama bangsa yang demikian disebut nama deskriptif. Nama bangsa dapat pula automatis bertipe tata nama, bila terbentuk dari salah satu suku yang dibawahi yang merupakan tipe tata namanya dengan mengganti akhiran nama suku aceae dengan akhiran ales.
Contohnya :
Ø  Poaceae menjadi Poales
Ø  Malvaceae menjadi Malvales

5.      Nama Kelas (Clasis). Sama seperti nama ordo, kelas merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari salah satu ciri yang dimiliki seluruh warga kelas yang bersangkutan. Misalnya Dycotiledoneae (tumbuhan yang bijinya berkeping dua dan punya dua daun lembaga), namun disarankan untuk mempergunakan akhiran phyceae bagi tumbuhan Algae, mycetes bagi tumbuhan fungi (jamur), dan opsida bagi tumbuhan Cormophyta.
Contoh :
Ø  Chlorophyceae (alga hijau)
Ø  Ascomycetes (jamur dengan ascus)
Ø  Magnoliopsida (tumbuhan tingkat tinggi)

6.      Nama Divisi (Divisio). Untuk nama-nama divisi sebaiknya digunakan satu kata majemuk berbentuk jamak yang di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan ditambah akhiran phyta, kecuali untuk jamur disarankan untuk diberi akhiran mycota.
Contoh :
Ø  Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Ø  Eumycota (jamur)









B.     Kunci Determinasi
Kunci determinasi di lakukan sama halnya dengan menentukan identifikasi tumbuhan. Dengan menyebutkan nama ayam, kucing, dan tikus, atau padi, rumput, dan belalang berarti kalian telah melakukan identifikasi terhadap makhluk hidup. Apabila kalian melakukan identifi kasi makhluk hidup, maka kalian dapat mengenal makhluk hidup secara mendetail atau men- dalam. Pada prinsipnya identifikasi makhluk hidup adalah upaya men- cocokkan suatu jenis makhluk hidup dengan kategori tertentu yang telah diklasifikasikan dan diberi nama secara ilmiah oleh para ahli. Identifikasi tumbuhan berarti mencocokan jenis tumbuhan yang belum diketahui ke dalam takson tertentu.tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana identifikasi berupa kunci identifikasi (kunci dikotomis), pertelaan, atau buku-buku identifikasi.
Identifikasi dimulai dengan pengumpulan spesimen, pengamatan sifat-sifat tertentu (determinasi) dan pencocokan. Sehingga, apabila kalian akan melakukan identifikasi suatu jenis, kalian harus memper- hatikan ciri-ciri tubuh hewan, meliputi susunan kulit, susunan alat gerak, susunan bagian tubuh (kepala, badan, dan ekor), susunan gigi, dan lubang hidung. Sedangkan pada identifi kasi tumbuhan, ciri-ciri yang harus diperhatikan meliputi bunga (bagian-bagian bunga dan su- sunan bunga), daun (bentuk daun, tepi daun, pangkal dan ujung daun, pertulangan daun dan sifat-sifat permukaan daun) dan buah.
Sampel atau spesimen tumbuhan dan hewan dapat diambil dalam bentuk awetan berupa awetan basah atau kering.Contoh awetan kering pada tumbuhan adalah herbarium dan pada hewan adalah insektarium.Sampel-sampel tersebut kemudian diamati ciri-cirinya dengan seksama dan diidentifi kasi dengan sarana identifi kasi yang sesuai.Begitu pula untuk virus, organisme prokariotik, dan fungi juga diperlukan sampel dan sarana identifikasi tertentu.
Cara mengidentifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi diawali dengan mencermati setiap kata yang terdapat pada kunci determinasi mulai dari baris paling atas.Ambillah satu persatu tumbuhan yang ada, kemudian cocokkan ciri yang terdapat pada kunci determinasi dengan ciri pada tumbuhan.Bila ciri yang ada pada kunci determinasi sesuai dengan ciri pada tumbuhan, catatlah nomornya dan lanjutkan sesuai dengan perintah yang ada pada kunci (biasanya nomornya berada di penghujung per- nyataan).Bila ciri yang ada pada kunci determinasi tidak sesuai dengan ciri pada tumbuhan, beralihlah pada nomor yang sesuai dengan petunjuk yang ada pada kunci determinasi. Sebagai contoh bila kita mengidentifikasi dengan benar, maka hasil identifikasi untuk tumbuhan suplir adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kunci determinasi dapat dilihat sebagai berikut (Van CGGJ, Steenis.1978):
1. b. sporangia terkumpul menjadi timbunan spora (sori) yang jelas, bulat atau berbentuk garis (kadang-kadang terkumpul rapat), mempunyai atau tak mempunyai selaput penutup …………………………………………………3
5. b. Sori sedikit atau banyak tertutup oleh suatu selaput penutup khusus atau oleh tepi daun yang menggulung ………………..……………………………….10
10. b. sori pada atau terdapat didekat tepi daun….…..………………………....13
13.a. Sori tertutup oleh tepi daun yang melipat daun membuka kedalam ….…14
14. a. Tangkai daun dan poros-poros daun hitam coklat, mengkilat, sporangia tidak tertancap pada helaian daun yang sesungguhnya, tetapi pada sisi dalam dari selaput penutup…………………………………..…………………Adiantum

Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae.Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.

Untuk membuat kunci identifikasi, diperlukan pengetahuan awal tentang ciri-cirisetiap spesies tumbuhan yang akan dibuat kuncinya. Kunci identifi kasi sederhana hanya memuat ciri-ciri yang tampak oleh mata.Namun demikian, seharusnya dalam membuat kunci tidak hanya berdasarkan ciri-ciri yang tampak, tetapi juga ciri-ciri mikroskopis.Sebagai contoh apabila kita ingin membuat kunci untuk tumbuhan monokotil dan dikotil maka kita harus mengenal ciri-ciri anggota kedua kelas tersebut dengan baik.
Tumbuhan dengan biji berkeping satu atau anggota kelas mono- cotyledonae memiliki akar serabut, batang yang beruas-ruas, daun berbentuk pita dengan urat-urat yang tersusun sejajar atau melengkung.Bagian bunganya seperti mahkota dan kelopak berjumlah 3 atau kelipatan 3.Bila biji berkecambah, kotiledonnya atau kepingnya tetap utuh.Batang dan akarnya tidak dapat tumbuh membesar, kecuali beberapa jenis monocotyledonae.Contoh tumbuhan dikotil adalah nanas seberang dan palem raja.
Sedangan Kelas Dicotyledoneae (tumbuhan berkeping dua atau berbiji belah) akarnya berupa akar tunggang.Batangnya mempunyai ruas-ruas yang tidak jelas.Umumnya mempunyai banyak cabang.Bentuk daunnya bervariasi, ada yang berbentuk jantung, ginjal, dan bulat telur (pada umumnya urat daun menyirip atau menjari). Bagian bunga seperti kelopak bunga dan mahkota bunga berjumlah dua, empat, lima, atau kelipatannya. Bila biji berkecambah, kepingnya membelah menjadi dua.Akar maupun batang dapat tumbuh membesar karena memiliki kambium.
Contoh pada Tumbuhan air Hydrilla,
           
Berdasarkan kunci determinasi dapat dilihat sebagai berikut (Van CGGJ, Steenis.1978):
Golongan 5 . Monocotyledoneae (Berkeping satu)
67. b. tepi daun rata atau berduri temple sangat kecil……………………….…….69
69. b. daun tidak merupakan karangan…………………………………………….70
70. b. daun lain……………………………………………………………………   71
71. b. jika mempunyai batang yang daunnya tidak merupakan tangga yang memutar……………………………………………………………………..…72
72. b. tidak terdapat akar udara…………………………………………………….  73
73. a. Tumbuh-tumbuhan air atau rawa………………………………………..….    74
74. b. bakal buah satu tiap bunga. Bunga berwarna lain tidak bergetah………………………………………………………………...………75
75. a. Bunga putih. Bakal buah tenggelam……………….……18. Hydrocharitacea
Fam. 18.Hydrocharitaceae
Tumbuh-tumbuhan air asin atau tawar, yang mengapung atau tenggelam.Bunga berkelamin 1 atau 2, sebelum mekar tertutup oleh suatu sarung dalam jumlah satu atau lebih. Kelopak daun dan mahkota daun biasanya jelas dapat dipisahkan satu dengn yang lain. Benang sari 1-12.Bakal buah tenggelam, umumnya beruang satu, dengan 3 tangkai bakal biji atau lebih yang menempel pada dinding buah, kadang-kadang beruang 3 atau lebih.Buah tidak membuka atau membuka tidak teratur.
Daun dalam karangan 3-8, duduk, memanjang sampai bentuk garis, panjamg kurang dari pada 5 cm……………………………………………………...…Hydrilla
Hydrilla verticillatadrilla adalah tumbuhan yang hidup didalam air, memiliki batang horizontal di substrat membentuk umbi dalam kondisi tertentu.Batang berupa ascending dan biasanya banyak cabang dengan banyak branchlets utama bahwa, dalam kondisi tertentu, bentuk turions (struktur sebenarnya mirip bulbi). Batang dapat mecapai panjang 8,5 m dan tumbuh ke permukaan air di mana batangtumbuh memanjang secara horizontal. Daun tumbuh di bagian nodus, tetap, melingkar, jumlah daun setiap nodus 5 helai, Ukuran daun: panjang 5-20 mm lebar 0,7 – 2 mm. bentuk daunlurus hingga lanset atau bulat telur, lebar di bagian basis daun, daun sejajar mengikuti tulang daun. tepi daun bergigi, gigi dapat terlihat dengan mata telanjang. terutama daun segar kasar jika disentuh. pada permukaan yang lebih rendah biasanya memiliki gigi tajam atau duri. Bunga berkelamin tunggal, yang mucul dari ketiak daun, tanaman berumah satu atau dioecious. Bunga-bunga kecil, dengan tiga sepal dan tiga kelopak, kurang dari 6 mm, berwarna  putih transparans, pada cabang atas, dan biasanya diproduksi pada musim gugur. Bunga-bunga jantan soliter, kecil, pendek, tumbuh di bagian kuncup dan membuka di permukaan air.bunga betina yang soliter, subsessile tetapi dengan struktur benang panjang yang membawa bunga ke permukaan .



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata Nomenclature yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan berarti menyebut nama dan memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai takson (tingkatan). Nama untuk makhluk hidup sebetulnya telah diberi semenjak dahulu kala. Nama yang diberikan itu adalah nama dalam bahasa induk orang yang memberi nama, dengan demikian nama yang diberikan untuk satu jenis organisme berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.Ketentuan dalam pemberian nama-nama takson adalah menurut tingkatnya (kategori): Spesies-Genus-Famili-Ordo-Kelas-Divisio.
Kunci determinasi di lakukan sama halnya dengan menentukan identifikasi tumbuhan. Dengan menyebutkan nama ayam, kucing, dan tikus, atau padi, rumput, dan belalang berarti kalian telah melakukan identifikasi terhadap makhluk hidup. Apabila kalian melakukan identifi kasi makhluk hidup, maka kalian dapat mengenal makhluk hidup secara mendetail atau men- dalam. Pada prinsipnya identifikasi makhluk hidup adalah upaya men- cocokkan suatu jenis makhluk hidup dengan kategori tertentu yang telah diklasifikasikan dan diberi nama secara ilmiah oleh para ahli. Identifikasi tumbuhan berarti mencocokan jenis tumbuhan yang belum diketahui ke dalam takson tertentu.tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana identifikasi berupa kunci identifikasi (kunci dikotomis), pertelaan, atau buku-buku identifikasi.

B.     Saran
Bagi para pembaca untuk dapat melakukan identifikasi dengan menggunakan kunci determinasi dengan benar dan baik terhadap suatu tumbuhan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kunci Determinasi. http://prestasiherfen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9 Mei 2011.
Anonim.2010. Keanekaragaman Hayati.http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php. Diakses pada tanggal 9Mei 2011.
Junaidi, Wawan. 2009. SISTEM TATA NAMA MAKHLUK HIDUP. http://wawan-junaidi.blogspot.com. Dikases pada tanggal 9 Mei 2011
Naiola, B. Paul. 1986. Tanaman Budidaya Indonesia, Nama Serta Manfaatnya. Jakarta: CV. Yasaguna.
Van CGGJ, Steenis.1978. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar